Minggu, 29 Maret 2009

Samarinda

Samarinda merupakan Ibukota Provinsi Kalimantan Timur. Kota ini memiliki luas wilayah sekitar 718 km2 dengan penduduk dari bermacam-macam etnis (Banjar, bugis, tionghoa, jawa, dll). Kota yang hari jadinya ditetapkan tanggal 21 Januari 1668 ini dapat ditempuh dengan menggunakan jalan darat, laut dan udara melalui Kota Balikpapan sekitar 2 jam perjalanan darat dan 15 menit perjalanan udara. Maklum kondisi bandara Temindung yang berada di Kota Samarinda belum cukup memadahi untuk didarati pesawat besar.

Asal mulanya diberi nama "Samarinda" disinyalir dari kata "samarenda" yaitu kata 'sama' dan 'rendah' yang melambangkan tidak ada perbedaan antara bangsawan dan rakyat jelata. Semua sama derajatnya antara bangsawan yang bermukim sekitar muara sungai mahakam dengan rakyat jelata yang bermukim di daratan dengan topografi 'rendah'.

Ramainya kota ini karena bermukimnya orang Bugis Wajo(Bangsawan) dari kerajaan Gowa yang menyingkir ke Kalimantan karena tidak mau bekerja sama dengan penjajah Belanda waktu itu. disamping itu Kerajaan Kutai juga tidak tidak mau tunduk atas kepentingan Belanda dan merasa senang dengan kedatangan orang-orang Bugis tersebut, yang kemudian saling membantu dalam menghadapi penjajah Belanda.

Kota samarinda terdiri dari 6 kecamatan yaitu Samarinda Utara, Samarinda Ulu, Samarinda Ilir, Palaran, Sei Kunjang, dan Samarinda Seberang. Dengan sungai Mahakam yang membelah kota menjadikan Samarinda terlihat sangat indah.

Senin, 23 Maret 2009

Ketika di Kota Palu (3)

Di kota ini aku belajar lebih mandiri dibandingkan ketika waktu aku kuliah di Jogja. Jika di Jogja dahulu aku dapat pulang sewaktu-waktu dalam keadaan apapun. Ibarat ketika aku tidak punya uang sakupun, aku dapat pulang menggunakan sepeda kumbangku ke kampung halaman. Berbeda ketika waktu aku berada di Kota Palu, tidak setiap saat aku bisa menengok kampung halaman. Untuk pulang sedirian saja aku harus menyisihkan biaya dan waktu yang tepat. Jika menggunakan pesawat, serasa mahalnya minta ampun, gaji tiga bulan saja belum cukup untuk sekali berangkat, apalagi untuk baliknya nanti. Sedangkan jika menggunakan kapal laut, waktu di perjalanan terlalu lama, sehingga cuti bisa habis untuk perjalanan saja. Salah satu cara untuk dapat pulang agak lama hanya dengan memanfaatkan waktu ketika aku mendapat tugas ke Jakarta untuk pelatihan. Selepat diklat tersebut, barulah kuambil cuti (kalau boleh, dan biasanya boleh waktu itu). ya... lumayan setidaknya tiket untuk pulang baliknya telah bisa diatasi.
Dari Aku bujang sampai aku mendapatkan amanah seorang anak laki-laki, dan bahkan ketika aku mendapat kesempatan untuk sekolah lagi. Semuanya penuh dengan suka dan duka. Kenangan tak terlupakan.
Hingga setelah selesai sekolah lagipun aku masih diberi kesempatan kira-kira satu tahun lagi di kota ini.

Kamis, 12 Maret 2009

Ketika di Kota Palu (2)

Sangat banyak kenangan yang telah menjadi sejarah hidupku yang tertoreh di Kota Palu. Pertama kali aku merantau ke kota ini, aku dalam keadaan bujang (baca= sendirian tanpa sanak saudara). Di kota ini aku dipertemukan Allah dengan jodohku, dan disini pula anak pertamaku lahir. Bulan maret 1999 aku datang ke kota Palu, bekerja dan menjalani rutinitas harian. Hari-hariku saat itu lebih banyak berada di kantor. Sejak jam 7.30 -17.00 jam kerjaku, praktis hubungan di lingkungan tempat kostku bisa dijalin waktu sebelum kantor , sesudahnya dan hari libur yang ada(minggu dan libur nasional).
Akhir tahun 1999 dalam status masih CPNS aku mendapat kesempatan untuk mengikuti diklat selama dua bulan di PIKSI ITB. Beruntung aku, karena ketika itu masih dalam bulan ramadhan, sehingga lebaran aku bisa pulang ke kampung halaman. Saat itu masing-masing kantor wilayah mengutus 2 orang untuk diklat tersebut. Waktu itu dari kanwil Palu yang ditunjuk adalah aku dan Ranu Fatah Wijoyo(teman satu kontrakanku, sekarang dia di KPPN Makale). Temanku sudah berangkat lebih dulu karena memang mulai diklat untuk programmer lebih duluan, sedangkan aku yang ditunjuk untuk DBA berangkatnya belakangan, selisih sekitar 10 hari.
Keberangkatanku ke Bandung ketika itu direncanakan tanggal 1 Januari 2000. Tapi berubah karena waktu itu ada kabar yang menggelisahkanku tentang pergantian abad yang katanya mengganggu sistem komputerisasi dan banyak jadual penerbangan yang dibatalkan. Katanya kalau dipaksakan terbang dapat terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Seingatku, paling lambat lapor di tempat pada tanggal 2 Januari 2000, dan penerbanganku dibatalkan. Aku jadi gelisah, karena tanggal dibukanya kembali penerbangan sekitar tanggal 4 januari. Berbagai usaha dilakukan oleh kantorku, mulai mencari maskapai yang lain, sampai minta bantuan orang KPPN yang berhubungan dengan pihak bandara.
Dalam masa ikhtiar tersebut, tepat tanggal 31 Desember 1999 sekitar jam 14.55WITA kantorku dapat telephon dari maskapai yang aku pesan (saat itu merpati) untuk menawarkan penerbangan yang akan berangkat pukul 15.15 WITA. Kurang lebih dalam 5 menit percakapan dan setelah dimintakan ijin ke kepala kantor dibolehkan, aku lalu menyetujui tawaran tersebut. Akhirnya pukul 15.00 aku pulang ke rumah kontrakan yang jaraknya tidak lebih dari 100.m dari kantor. Untung sekali kontrakanku dekat dengan kantor, sehingga persiapan yang mendadakpun bisa dengan cepat ditunaikan. Waktu itu aku dibantu temanku Fery Kurniawan untuk siap-siap selama 5 menit, sedangkan temanku Bagus Nursalim mempersiapkan mobil untuk mengantarku ke bandara. Perjalanan ke bandara ditempuh dalam waktu 5 menit juga, jadi tinggal 5 menit untuk menuju pesawat.
Aku langsung check in dan langsung pula menuju pesawat yang sudah menunggu, kemudian terbanglah pesawatnya. Alhamdulillah ternyata tidak terjadi apa-apa yang tidak diinginkan. Aku tiba di pulau jawa dengan selamat. Ini merupakan kepulanganku ke jawa yang pertama dan sangat membahagiakan diriku. Betapa rinduku akan orang-orang yang kucinta dan tempat diriku dibesarkannya. Terutama terhadap kedua orang tuaku serta keponakanku yang baru berusia 7 tahun.  

Minggu, 01 Maret 2009

Ketika di Kota Palu (1)

Mengenang kembali saat-saat pertama aku merantau ke Kota Palu, banyak sekali kenangan yang sudah tercatat dalam sejarah hidupku. Tahun 1999 merupakan tahun pertama aku mulai merantau keluar dari pulau jawa. Kota Palu merupakan Kota pertama tempat tujuanku (ini karena aku ditempatkan di kota itu).
Masih kuingat ketika aku harus berangkat sendiri ke kota ini dengan bawaan hanya satu tas jinjing dengan perbekalan secukupnya.

Waktu itu aku berangkat belum dengan tiket di tangan. Menurut informasi bisa dicari di Surabaya secara langsung, tapi ya resikonya lebih mahal(pastinya lewat calo...). Singkat cerita aku berangkat ke Kota Palu yang baru pertama kali itu dengan Kapal Kambuna dan ini dengan biaya sendiri lho, karena waktu itu aku belum punya Nip dan tidak berhak atas biaya dinas. Tanpa ada kenalan, aku berusaha mencari teman di perjalanan dengan melihat dari tingkah laku dan tentunya perasaan dalam kalbu juga berperan.

Perjalanan ke Kota Palu dari Surabaya kutempuh selama 3 malam 2 hari. Jum'at pagi tanggal 19 Maret 1999 aku tiba di Pelabuhan Pantoloan (sekitar 30 km dari Kota Palu).Dari pelabuhan ini aku ke Kota Palu menuju tempatnya kakak temanku Firnalis Saki yang kebetulan ada di kota itu, namanya Bu Asniatin Saki. Aku belum kenal dia sebelumnya, hanya lantaran temanku itu. Alhamdulillah walaupun dia berbeda keyakinan denganku, tapi mau menerima dengan baik. Sampai di rumah kakaknya temanku itu yang berada di jalan Anoa tenyata aku sudah ditunggu oleh Bu Asniatin (beliau bekerja di LPMP Palu). Aku sempat istirahat sejenak, dan hari itu juga aku diantarkannya ke kantor di jalan Tanjung Dako No 13. Walau sebenarnya masih capek dengan perjalanan tersebut, dan juga masih agak linglung (boatleg...bener nggak ya.),aku akhirnya sampai ke kantor itu.

Ternyata kantor yang kutuju merupakan kantor yang baru dibentuk. Ini merupakan satu dari delapan Kanwil Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) di tingkat propinsi yang baru dibuka saat itu . Bersamaan denganku seharusnya ada 11 orang pegawai baru yang ditempatkan di Kanwil Palu tersebut, namun karena kami tidak saling kenal dan belum pernah bertemu, maka kami berangkat ke Kota Palu dengan caranyanya masing-masing. Aku menggunakan kapal Kambuna, Fery Kurniawan(sekarang di DJPU) dan Maharsa Udayana (sekarang di DJKN) dengan pesawat merpati, Arif Bakhri dengan pesawat juga (kalau tidak salah), Arif Purwadi Satriyono dari tulungagung dengan kapal, Franky JE Pasuhuk dengan pesawat dari Manado, dan R.Bagus Nursalim dan Agung Dumadio dari bandung dengan kereta api bandung-surabaya + kapal cepat Surabaya makassar +bus 3/4 dari makassar Palu. Dari 11 orang tersebut, 3 diantaranya tidak datang/mengundurkan diri.

Suasana kantor baru memang belum sesuai standar, gedung yang dipakai merupakan gedung KTUA (saat itu) yang sedang pindahan(tepatnya digusur) ke aula KPPN. Jadi ruangannya belum nyaman betul, bayangkan ruangan 5 x 8 diisi lebih dari 15 orang untuk kabid, kasi dan pelaksana. Bukannya sesak napas, meja saja sudah tidak cukup.... prihatin sekali waktu itu. Pekerjaan masih srabutan, dan yang pasti waktu itu tugas dan apa yang harus dilakukan sangat belum kupahami. Ini merupakan hal baru dan hari pertama aku bekerja. Tidak tahunya waktu istirahat siang terasa sangat panas jika dibandingkan dengan di Jawa.

Yang kupikirkan saat itu adalah aku harus segera mencari tempat tinggal untukku. Aku merasa tidak nyaman kalau harus terus menerus menumpang di tempat kakak temanku itu. Tak kusangka di kantor itu ada teman satu SMA dulu (kebetulan aku dan dia tidak pernah satu kelas- dia jurusan Biologi dan aku Fisika), namanya Bambang Kismanto. Dengan dia aku jalan-jalan mencari kost untuk diriku. pulang kantor hari jumat itu dan hari sabtu berikutnya kugunakan untuk mencari tempat, dan hari sabtu itu kudapat kontrakan kamar di jalan tanjung seng. Kemudian hari berikutnya aku pindah ke kontrakan itu, diantar langsung oleh kakaknya temanku itu (bu Asniatin Saki dan suaminya Pak Landri Tandung. Sungguh tak kan kulupa kebaikannya padaku, walau berbeda keyakinan, tetapi baik terhadapku(walau baru 3 hari aku disitu), kepindahan itu selain diantar juga dibekalin bermacam-macam barangbarang rumah tangga mulai dari tikar,piring, kompor, tempat minyak, juga termasuk gula garam dan teh ada dibawakan.

Hari-hari berikutnya datang juga teman-teman seangkatan yang juga ditempatkan di Kanwil Palu, Kami baru ketemu dan berkenalan di situ. Ya... jadi merasa senasib dan sepenanggungan di rantau. Pekerjaan dikerjakan bersama-sama (sama-sama belum tahu), makan juga sama-sama. maen juga sama-sama.Sering kali kami juga jalan jalan mengunjungi objek wisata yang ada di Kota palu. ini terutama gagasan dari Pak Muh Dentjik (Kabid PA II) yang memang hobinya jalan-jalan ke tempat wisata. Ketika itu kami jalan rame -rame, semua teman seangkatan dan juga pegawai lainnya dari prodip dan juga penerimaan lokal. pernah juga bersama pak kanwil yang waktu itu dijabat oleh pak Rombot). Kami pergi ke Wera, ke Mantikole, ke Biromaru, dan yang lainnya aku agak lupa.Ini salah satu car untuk menghilangkan rasa jenuh selama di kantor dan juga untuk mengisi waktu luang sekaligus agar merasa betah di rantau.

Mungkin karena ini merupakan jarak yang jauh pertama kali pisah dengan orang tua. Beda dengan ketika waktu kuliah dulu, sewaktu-waktu bisa ketemu dengan orang tua dan keluarga hanya dengan waktu beberapa jam saja. Sedangkan di rantau, tidak setiap saat dapat pulang. Untuk bisa pulang harus mengumpulkan dana terlebih dahulu untuk angkutannya,lamanya perjalanan jika naik kapal paling cepat dua hari,sedang jika naik pesawat terlalu mahal(5 atau 6 kali gaji bulanan waktu itu), mana belum lagi jika cuti tidak disetujui.


Hishnun lebih mirip siapa?